Kamis, 27 April 2017

TAFSIR AL-ALAQ (1-5), AL-GHASYIYAH (17-20), AL-IMRAN (190-191)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    SURAT AL-‘ALAQ
a.      Surat al-alaq,ayat 1-5
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اِقْرَأبِاسْمِ رَبِّكَ الِّذِي حَلَقَ (١) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اِقْرَأوَرَبُّكَ الْأَكْرَمُا
(٣) الَّذِي عَلَّم بِالْقَلَمِ  (٤)  عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
1.      Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.
2.      Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.      Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah,
4.      Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.      Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.[1]

b.      Makna kata :
Darah beku dan menggumpal
عَلَقِ
Yang paling mulia
الْأَكْرَمُ
Mengajarkan menulis
عَلَّمَ بِلْقَلَمِ

c.       Penjelasan :
Surat al-Alaq ini adalah surat yang pertama kali diturunkan oleh Allah dan merupakan rahmat yang diturunkan pertama kali si berikan oleh Allah kepada mereka. Surat ini menceritakan tentang jibril yang pertama kali turun ke bumi. Dia adalah malaikat yang bertugas khusus untuk meyampaikan wahyu, yang di turunkan kepada nabi muhammad dengan membawa surat al-Alaq' , saat itu rasulullah berada di dalam gua hira. Beliau sendang menyembah Allah  dan memikirkan alam semesta.
Surat ini menceritakan tentang proses pertama penciptaan manusia dan tentang urgensi membaca, menulis, dan belajar dalam kehidupan kaum muslimin. Kemudian menjekaskan tentang keangkuhan manusia ketika melihat jiwanya yang telah banyak diberi nikmat oleh Allah, diberikan banyak harta, namun tidak taat kepada-Nya. Bahkan ingkar terhadap nikamat-nikmat yang telah di berikan-Nya. Padahal sesungguhnya ia wajib menaati Allah dan bersyukur atas nikamt-nikmat-Nya, sebab ia tahu bahwa ia akan kembali ke pada Allah untuk menerima balasan dari semua amal perbuatannya selama di dunia, baik amal kebaikan maupaun keburukan.[2]
d.       Analisa dan opini :
Menurut tafsir juz amma karya Muhammad Abduh
Makna ayat pertama (yakni bacalah dengan nama Tuhanmu) adalah bahwa perintah tersebut termasuk dakam katagori amr takwiniy  (perintah atau titah allah untuk menjadikan sesuatu). Nabi Saw. Ketika itu memang tidak pandai membaca ataupun menulis. Karena itu beliau mengulang-ulang ucapanya, "aku tidak pandai membaca!". Maka datanglah perintah illahi agar ia menjadi pandai membaca walaupun tetap tidak dapat menulis. Sebab, akan diturunkan kepadanya kitab yang akan dibacanya, walaupun ia tidak dapat menuliskannya.
      Ayat kedua خلق إلانسان من علق  yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Kata العلق  darah yang beku. Yaitu keadaan janin pada hari -hari pertamanya. Dan barang siapa mampu menciptakan dari segumpal darah beku, seseorang manusia, yakni makhluk hidup yang dapat berbicara, dan yang dengan ilmunya dapat menguasai semua makhluk dibumi dan mengendalikannya demi kepentingannya, sudah baranv tertentu dia mampu pula menjadikan seseorang insan kamil seperti Nabi Saw, pandai membaca meskipun sebelum ia tidak pernah belajar membaca. Dan mengingat bahwa kepandaian membaca merupakan suatu kemampuan yang tak dapat dikuasai oleh seseorang kecuali dengan mengulang-ulang serta membiasakan diri dengan apa yang ada pada manusia lainya, maka pengulangan perintah ilahi (dalam wahyu diatas) mmengantikan pengulangan bacaan yang diperlukan dalam belajar membaca, dalam hal menjadikan Nabi saw. Memiliki kemampuan seperti itu, itulah sebabnya allah swt. Mengukangi lagi perintah-Nya, dalam ayat ke tiga اقرأوربك الأكرم  bacalah: dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yakni bahwa allah swt, adalah yang paling pemurah dari siapa saja yang diharapkan pemberian darinya, dan karenanya, amat mudah bagi-Nya untuk melimpahkan kepadamu krunia ini (karunia kemampuan membaca) dari samudra kemurahan-Nya.
      Setelah itu Allah swt. Ingin memberikan kepadanya tambahan ketenangan dengan kemampuan barunya ini. Yaitu dengn menggambarakan bahwa dialah sanag pemberi karuniaini,
       الذي علم بالقلم yang mengajar denagan perantara pena. Yakni menjadikan manusia mengerti dan belajar dengan perantaraan pena, sebagaimana ia  juga mengerti mereka dengan perantara lisan.
Kemudian Allah swt, ingin menghikangkan sama sekali keraguan yang mungkin ada dalam diri Nabi Saw, mengenai kepandaian membaca yang dikaruniakan Allah kepadanya, sedangkan ia sebelumnya tidak pandai membaca? Maka firman-Nya علم إلانسان ما لم يعلم. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Yaknj bahwa dia (Allah) yang keluar dari-Nya perintah untuk menjadikanmu seorang pembaca dan yang membacakan,dan menimbulkan dalam dirimu kepandaian itu, bahkan kelak akan menyampaikanmu kepada tingkatan setinggi-tingginya yang tak seorang pun selainmu akan mencapainya dj bidang ini. Dia pulalah yang telah mengajarkan kepada manusia segala ilmu pengetahuan yang dinikmatinya, sedangkan ia di hari-hari permulaan penciptaanya, tak mengetahui apa pun! Maka tidaklah mengherankan apabila Dia yang sejak mula pertama telah mengaruniakan ilmu bagi manusia sementara ia tadinya tidak memiliki ilmu sedikit pun, kini mengajarimu kepandaian membaca; sedangkan kamu memiliki potensi untuk mengetahui amat banyak pengetahuan selain itu, dan dirimu benar-benar siap untuk menerimanya!.
      Tidak ada keterangan yang paling memuaskan atau bukti paling kuat yang menunjukkan keutamaan baca-tulis serta ilmu pengetahuan dengan segala ragamnya, lebih daripada kenyataan dibukanya kitab Allah serta dimulainya wahyu dengan ayat-ayat cemerlang ini!. 
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Allah lah yang telah menciptakan alam semesta ini, dan bahwa sudah seharusnya penciptaan ini tidak dinisbahkan kepada selain-Nya, sebagaimana ditunjukan oleh ayat pertama dari surat ini. Dan bahwa penciptaan manusia, makhluk hidup yang mampu berbicara, dari sesuatu yang tidak ada kehidupan padanya, tidak pandai berbicara, tidak berbentuk dan tidak berupa, lalu makhluk ini diajari-Nya sebaik-baik ilmu,yakni cara menulis, dan dikaruniai-Nya pengetahuan, sementara ia sebelumnya tidak berpengetahuan sedikit pun. Sehingga segala sesuatu yang dipunyai manusia adalah dari Dia serta merupakan bagian dari karunia-Nya. Maka betapa mengherankan, jika manusia yang seperti itu menjadi lalai, tidak menghargai semua itu, semata-mata karena merasa ‘kaya’, tidak membutuhkan siapa pun selain dirinya sendiri!.[3]
e.       Asbabunnuzul
      Disebutkan dalam hadits-hadits shahih, bahwa ketika pertama kali menampakan diri di hadapan Nabi Saw., malaikat yang melaluinya Nabi Saw. menerima wahyu, berkata,  “Bacalah!” maka kata Nabi Saw.,   “Saya tidak bisa membaca.” Selanjutnya beliau menuturkan, ”Maka malaikat itu memelukku kuat-kuat sehingga aku merasa amat lelah. Kemudian ia melepaskanku seraya berkata lagi, “Bacalah!.” Dan aku pun menjawab lagi, “Aku tak pandai membaca.” Mendengar itu, malaikat tadimemelukku kuat-kuat untuk kedua kalinya, sehingga akumerasa amat lelah. Lalu dilepaskannya aku, sseraya berkata lagi,”Bacalah!.” Dan aku pun menjawab, ”Aku tak pandai membaca.” Maka untuk ketiga kalinya ia memelukku kuat-kuat sehingga membuatku amat lelah. Lalu katanya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu…,” dan seterunya sehingga mencapai ayat, “Yang mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui.”
      Si periwayat berkata selanjutnya, “Maka Nabi Saw. segera pulang dengan membawa wahyu itu, dan menemui Khadijah r.a. seraya tubuhnya bergemetar.…” Hadis tersebut cukup panjang. Diantaranya disebutkan pula, bahwa pernah setelah itu, wahyu kepada beliau berhenti turun untuk sementara waktu, sehingga membuat Nabi Saw. merasa amat sedih. Sedemikian besarnya kesedihan beliau sehingga menurut riwayat tersebut beliau mencoba menjauhkan dirinya dari puncak gunung-gunung yang tinggi. Akan tetapi setiap akan melakukan itu, malaikat menampakan diri di hadapannya dan mencegahnya, seraya mengatakan kepadanya bahwa ia adalah benar-benar seorang utusan Allah Swt. Dari riwayat ini terdapat dalil bahwa kelima ayat (yang pertama dari Surah Al-Alaq) merupakan kamunikasi verbal pertama Allah Swt. Kepada NabiSaw.[4]

f.       Aspek Tarbawi :
1.      Allah telah menciptakan manusia dan mengerjakan kepada mereka ilmu-ilmu yang bermanfaat.
2.      Seorang muskim hendaknya memukai semua aktivitasnya dengan menyenut nama Allah
3.      Seorang muslim hendaknya mengetahui bahwa harta yang ada ditangan mereka adalah nikamt dari Allah.
4.      Seorang muslim hendaknya mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam rangka beribadah kepada-Nya
5.      Semua orang akan kembali ke pangkuan Allah untuk dihisab semua amal perbuatannya.[5]

B.     SURAT AL-GHASYIYAH
a.      Surat Al-Ghasyiyah, ayat 17-20            
                                                                        بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
(١٧). أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
(١٨). وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
(١٩). وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
(٢٠). وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan kepada unta bagaimana dia diciptakan?, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?



b.      Makna Kata
Unta
الْإِبِل
Di tinggikan
نُصِبَت
Dihamparkan dan dibentangkan
سُطِحَت

c.       Penjelasan
Menurut tafsir Al-Mishbah
Setelah memperoleh ganjaran yang akan diperoleh pada hari kemudian oleh orang-orang yang taat, dan sebelumnya telah menguraikan balasan para pendurhaka, kaum musyrikin masih tetap bersikeras menolak keniscayaan Kiamat. Sering kali alas an penolakan mereka adalah keraguan mereka terhadap kuasa Allah swt. Dan ilmu-Nya untuk menghimpun dan menghidupkan kembali tulang belulang yang telah lapuk, dan terserak kemana-mana. Untuk menampilkan dalil itu, Allah mengajak mereka yang meragukan kuasa-Nya untuk memperhatikan alam raya. Allah berfirman: maka apakah mereka tidak memperhatikan bukti kuasa Allah yang terbentang di alam raya ini, antara lain kepada unta yang menjadi kendaraan dan bahan pangan mereka bagaimana ia diciptakan oleh Allah dengan sangat mengagumkan? Dan apakah mereka tidak merenungkan tentang langit yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan yang biasa mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipata bulat bagaimana ia dihamparkan?.
d.      Analisis dan Opini
pengunakan kata ila / kepada  yang di gandeng dengan kata yanzhurun / melihat atau memperhatikan, untuk mendorong setiap orang melihat sampai batas akhir yang di tunjuk oleh kata ila itu dalam hal ini unta. Sehingga pandangan dan perhatian benar-benar menyeluruh, sempurna, dan mantap agar dapat menarik darinya banyak mungkin bukti tentang kuasa allah dan kehebatan ciptaan-Nya.
            Dalam tafsir al-Mukhtahab yang disusun oleh satu Tim yang terdiri dari beberapa paker Mesir, ayat-ayat di atas dikomentarai antara lain sebagai berikut: Penciptaan unta yang sungguh sangat luar biasa menunjukan kekuasaan Allah dan merupakan suatu yang perlu kita renungkan. Dari bentuk lahirnya seperti yang kiat ketahui, unta benar-benar memiliki potensi untuk menjadi kendaraan di wilayah gurun pasir. Matanya yang terletak pada bagian kepala yang agak tinggidan agak ke belakang, di tambah dengan dua lapis bulu mata yang melindunginya dari pasi dan kotoran. Begitu pula dengan kedua lubang hidung dan telinga yang di kelilingi dengan rambut untuk maksud yang sama. Maka apabila badai pasir bertiup kencang, kedua lubang hidung itu akan tertutup dan kedua telinganya akan melipat ke tubuhnya, meski bentuknya kecildan hmpir tak terlihat. Sedangkan kakinya yang panjang untuk membantu mempercepat geraknya, seimbang dengan lehernya yang panjang pula. Telapak kakinya yang sangat lebar seperti sepatu berguna untuk memudahkannya dalam berjalan di atas pasir yang lembut. Unta juga mempunyai daging yang lebat di bawah dadanya dan bantalan-bantalan pada persendian kakinya yang memungkinkannya untuk duduk di atas tanah yang keras dan panas. Pada sisi–sisi ekornya yang panjang terdapat bulu yang melindungi bagian-bagian belakang yang lembut dari segala macam kotoran.
Sedang kemampuan kerja unta terlihat lebih istimewa lagi. Pada musim dingin unta tidak membutuhkan air. Bahkan unta dapat bertahan tanpa minum air selama dua bulan berturut-turut, apabila makanan yang dimakan segar dan berair, dan selama dua minggu berturut-turut, apabila makanannya kering. Unta juga dapat menahan rasa haus saat terik panas selama satu atau dua minggu.
Dapat ditambahkan bahwa unta sanggat terpengaruh dengan suara dan nada yang indah. Dia dapat melangkah lebih cepat ketika mendengarnya. Ninatang inin juga tidak “berbohong”. Ia tidak akan duduk beristirahat untuk menghindar dari beban yang berat, tetapi akan terus melangkah hingga akhir daya yang dimilikinya. Kendati binatang besar, tetapi ia tunduk dan mau diatur walau oleh anak kecil, dan kendati manfaatnya demikian besar, namun biaya pemeliharaannya sangat sedikit.
Ayat diatas menyebut langit setelah menyebut unta, lalu menyebut gunung dan sesudahnya bumi. Uraian menyangkut ayat-ayat di atas, apakah mereka tidak merenungkan tentang langit yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan yang biasa mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya (lihat Q.S. an-Nahl[16]: 15), dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang padanya. Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta bulat bagaimana ia dihamaparkan? Yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang Arab Badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit, gunung dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dan semua ini tentang kekuasaan Dia yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang Maha Agung. Dialah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur. Dialah yang tidak ada Tuhan selain Dia semata .
e.       Asbabulnnuzul
Menurut Mustafa al Maraghi, Surat Al Ghasyiyah turun di Makkah setelah surat Adz-Dzariyat sehinggga tergolong kelompok Surat Makiyah.Adapun asbabun nuzul ayat ini adalah ketika turun ayat tentang siksaan neraka dan nikmat surga di awal surat Al Ghosyiyah, orang-orang kafir takjub dan menganggap aneh hal itu, maka Allah SWT menurunkan ayat lanjutannya yang menyuruh memperhatikan benda-benda di alam sekitar agar bisa memahami kebenaran akan akhirat nanti.

f.       Aspek Tarbawi
1.      Seorang muslim hendaknya mengetahui bahwa Allah SAW Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2.      Seorang muslim hanya menyembah Allah SAW, bukan yang lain.
3.      Seorang musim hendaknya senantiasa memikirkan semua makhluk yang telah diciptakan oleh Allah SAW.
4.      Seorang mulim hendaknya senantiasa mendakwahi dan mengarahkan orang lain, serta mengajak mereka untuk selalu berada dalam jalan kebenaran.[6]









C.    SURAT AL-IMRAN
a.      Surat al-imran, ayat 190-191
Di dalam Alqur’an banyak ayat yang mengajurkan manusia untuk berfikir, meneliti, dan mengkaji penciptaan alam serta hukum-hukum yang berlaku di dalamnya. Alqur’an memuji orang-orang yang melakukan kegiatan tersebut denga mengelari mereka denagn istilah ‘’ ulu al-albab (para pemikir). Alqur'an memuji orang-orang yang melakukan kegiatan tersebut dan mnggelari mereka dengan istilah "ulu al-albab" (para pemikir).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
أِنِّ فِى  خَلْقِ السَّمَواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِلَأُيَتٍ لْأُوْلىِ الْأَلْبَبِ (١٩٠)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَمًاوَقُعُودًاوَعَلَىجُنُو بِهِمْ وَ يَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَامَاخَلَقْتَ هَذَابَطِلاًسُبْحَنَكَ فَقِنَاعَذَابَ النَّارِ (١٩١)
Artinya :
‘’Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih begantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bangi orang-orang yang berakal : yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ‘’ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau , maka perliharalah kami dari siksa neraka (QS, Ali-Imran (3) : 190-191)’’.[7]
b.      Makna Kata
Sesungguh-Nya
أِنّ
Dalam penciptaan
فِى  خَلْقِ
Langit
السَّمَواتِ
Dan bumi
وَالْأَرْضِ
Dan silih berganti
وَاخْتِلَفِ
Malam
الَّيْلِ
Siang
وَالنَّهَار
Sungguh terdapat tanda-tanda
لَأُيَتٍ
Bagi orang-orang yang berakal
لْأُوْلىِ الْأَلْبَبِ
Orang –orang yang
الَّذِين
Mereka (mengingat)
يَذْكُرُونَ
Allah
اللهَ
Berdiri
قِيَمًا
Dan duduk
وَقُعُودً

c.       Penjelasan
Bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berfikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya. Dijelaskan ketahuilah olehmu, bahwa yang dimaksud dalam kitab yang mulia ialah menjemput hati dan ruh setelah bising memperkatakan soal-soal makhluk yang dijadikan, supaya mulai tenggelam memperhatikan makrifat terhadap al-Haq (Tuhan). Karena sejak tadi sudah panjang pembicaraan tentang hukum-hukum dan menjawab beberapa keraguan yang dibawakan oleh orang yang tidak mau percaya, sekarang kembali membicarakan penerang hati dengan menyebutkan soal-soal tauhid, ketuhanan, kebesaran dan kemulaian Allah.16 Renungkanlah alam, langit dan bumi, langit yang melindungimu dan bumi yang terhampar tempat kamu hidup. Pergunakanlah pikiranmu dan tiliklah pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayatayat, tanda-tanda kebesaran Tuhan.8

d.      Asbabulnuzul
Abi Ishaq Al Maqriy menceritakan kepada kami, Dia berkata” Abdullah Bin Hamid menceritakan kepada kami, Ahmad Bin Muhammad Bin Yahya Al ‘Anbariy Ahmad Bin Najdah menceritakan kepada kami, Yahya Bin Abdul Hamid Al Hamaniy menceritakan kepada kami, Ya’qub Al Qumiy menceritakan kepada kami dari Ja’far Bin Abi  Al Mughiroh dari Sa’id Bin Jabir dari Ibnu Abbas berkata : ”Pada suatu ketika orang-orang Quraisy datang bertanya kepada orang-orang Yahudi;  “Mu’jizat apakah yang dibawa oleh Musa kepadamu?” Jawab mereka; ”Tongkat dan tangannya mengeluarkan cahaya putih yang bersinar.”Kemudian mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan mengajukan pertanyaan: “Mu’jizat apakah yang dibawa oleh Isa kepadamu?”. Jawab mereka:
“Menyembuhkan orang buta asli sehingga dapat melihat, menyembuhkan orang sakit kulit, dan menghidupkan orang yang telah mati”. Kemudian mereka datang kepada Rasulullah SAW dengan mengajukan permohonan ;”Wahai Muhammad SAW, berdoalah kepada Tuhanmu agargunung Safa itu menjadi emas!”. Kemudian Rasulullah SAW segera  berdoa. Sesaat kemudian turunlah ayat ke 190-194.
e.       Aspek Tarbawi
Dari ayat diatas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :
1.      Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim
2.      Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, menafsirkan segala ciptaan Allah.
3.      Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang tidak sesuai
4.      Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara
5.      Hendaknya manusia mempercayai bahwa smua penciptaan Allah tidak adayang sia-sia.

BAB III
PENUTUP

Simpulan dari surat Al-Alaq yaitu Surat ini menceritakan tentang proses pertama penciptaan manusia dan tentang urgensi membaca, menulis, dan belajar dalam kehidupan kaum muslimin. Kemudian menjekaskan tentang keangkuhan manusia ketika melihat jiwanya yang telah banyak diberi nikmat oleh Allah, diberikan banyak harta, namun tidak taat kepada-Nya. Bahkan ingkar terhadap nikamat-nikmat yang telah di berikan-Nya. Padahal sesungguhnya ia wajib menaati Allah dan bersyukur atas nikamt-nikmat-Nya, sebab ia tahu bahwa ia akan kembali ke pada Allah untuk menerima balasan dari semua amal perbuatannya selama di dunia, baik amal kebaikan maupaun keburukan. Sedangkan dari surat Al-Ghasyiyah, surat ini menjelaskan bahwa Setelah memperoleh ganjaran yang akan diperoleh pada hari kemudian oleh orang-orang yang taat, dan sebelumnya telah menguraikan balasan para pendurhaka, kaum musyrikin masih tetap bersikeras menolak keniscayaan Kiamat. Sedangkan dari surat Ali-Imron bahwa surat ini menjelaskan Bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berfikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.


DAFTAR PUSTAKA
Musa,Fathi,2009,Tafsir juz Amma,Solo:ziyad visi media
Abduh,Muhammad,1998,Tafsir Juz’amma, Bandung:Penerbit Mizan.
Telaah Al-Qur’an Surah Ali-Imron 190-191
(http://eprints.walisongo.ac.id/2214/4/073111063_bab3.pdf) diakses pada 27 September 2016 jam 10.20 wib.






[1]Fathi Musa,Tafsir juz Amma,solo, ziyad visi media, 2009) hlm, 139
[2].Fathi Musa, ibid, hlm 140
[3] Muhammad ‘Abduh, Tafsir Juz’amma, Bandung, Penerbit Mizan,1998. Hlm 248-252
[4] Muhammad ‘Abduh, ibid,hlm 247-248
[5]Fathi Musa, ibid, hlm 141
[6] Fathi Musa, ibid, 105
[7]Abd.Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Tafsir, jakarta, sinar grafika offset, 2010. Hlm 222
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar