BAB II
PEMBAHASAN
A.
SURAT
AL-‘ALAQ
a.
Surat
al-alaq,ayat 1-5
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اِقْرَأبِاسْمِ
رَبِّكَ الِّذِي حَلَقَ (١) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اِقْرَأوَرَبُّكَ
الْأَكْرَمُا
(٣) الَّذِي عَلَّم بِالْقَلَمِ
(٤) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ (٥)
1.
Bacalah
dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.
2.
Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah,
dan tuhanmulah yang maha pemurah,
4.
Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.
Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.[1]
b.
Makna
kata :
Darah beku
dan menggumpal
|
عَلَقِ
|
Yang paling
mulia
|
الْأَكْرَمُ
|
Mengajarkan
menulis
|
عَلَّمَ
بِلْقَلَمِ
|
c.
Penjelasan
:
Surat
al-Alaq ini adalah surat yang pertama kali diturunkan oleh Allah dan merupakan
rahmat yang diturunkan pertama kali si berikan oleh Allah kepada mereka. Surat
ini menceritakan tentang jibril yang pertama kali turun ke bumi. Dia adalah
malaikat yang bertugas khusus untuk meyampaikan wahyu, yang di turunkan kepada
nabi muhammad dengan membawa surat al-Alaq' , saat itu rasulullah berada di
dalam gua hira. Beliau sendang menyembah Allah
dan memikirkan alam semesta.
Surat ini menceritakan tentang proses pertama penciptaan manusia
dan tentang urgensi membaca, menulis, dan belajar dalam kehidupan kaum
muslimin. Kemudian menjekaskan tentang keangkuhan manusia ketika melihat
jiwanya yang telah banyak diberi nikmat oleh Allah, diberikan banyak harta,
namun tidak taat kepada-Nya. Bahkan ingkar terhadap nikamat-nikmat yang telah
di berikan-Nya. Padahal sesungguhnya ia wajib menaati Allah dan bersyukur atas
nikamt-nikmat-Nya, sebab ia tahu bahwa ia akan kembali ke pada Allah untuk
menerima balasan dari semua amal perbuatannya selama di dunia, baik amal
kebaikan maupaun keburukan.[2]
d.
Analisa dan opini :
Menurut tafsir juz amma karya Muhammad
Abduh
Makna ayat pertama
(yakni bacalah dengan nama Tuhanmu) adalah bahwa perintah tersebut termasuk
dakam katagori amr takwiniy (perintah
atau titah allah untuk menjadikan sesuatu). Nabi Saw. Ketika itu memang tidak
pandai membaca ataupun menulis. Karena itu beliau mengulang-ulang ucapanya,
"aku tidak pandai membaca!". Maka datanglah perintah illahi agar ia
menjadi pandai membaca walaupun tetap tidak dapat menulis. Sebab, akan
diturunkan kepadanya kitab yang akan dibacanya, walaupun ia tidak dapat
menuliskannya.
Ayat kedua خلق إلانسان من علق yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Kata العلق darah yang beku. Yaitu keadaan janin pada hari
-hari pertamanya. Dan barang siapa mampu menciptakan dari segumpal darah beku,
seseorang manusia, yakni makhluk hidup yang dapat berbicara, dan yang dengan
ilmunya dapat menguasai semua makhluk dibumi dan mengendalikannya demi
kepentingannya, sudah baranv tertentu dia mampu pula menjadikan seseorang insan
kamil seperti Nabi Saw, pandai membaca meskipun sebelum ia tidak pernah belajar
membaca. Dan mengingat bahwa kepandaian membaca merupakan suatu kemampuan yang
tak dapat dikuasai oleh seseorang kecuali dengan mengulang-ulang serta
membiasakan diri dengan apa yang ada pada manusia lainya, maka pengulangan
perintah ilahi (dalam wahyu diatas) mmengantikan pengulangan bacaan yang
diperlukan dalam belajar membaca, dalam hal menjadikan Nabi saw. Memiliki
kemampuan seperti itu, itulah sebabnya allah swt. Mengukangi lagi perintah-Nya,
dalam ayat ke tiga اقرأوربك الأكرم bacalah: dan tuhanmulah yang paling pemurah.
Yakni bahwa allah swt, adalah yang paling pemurah dari siapa saja yang
diharapkan pemberian darinya, dan karenanya, amat mudah bagi-Nya untuk
melimpahkan kepadamu krunia ini (karunia kemampuan membaca) dari samudra
kemurahan-Nya.
Setelah itu Allah swt. Ingin memberikan kepadanya tambahan ketenangan dengan kemampuan
barunya ini. Yaitu dengn menggambarakan bahwa dialah sanag pemberi karuniaini,
الذي علم بالقلم yang mengajar denagan perantara pena. Yakni
menjadikan manusia mengerti dan belajar dengan perantaraan pena, sebagaimana ia
juga mengerti mereka dengan perantara lisan.
Kemudian Allah swt, ingin menghikangkan sama
sekali keraguan yang mungkin ada dalam diri Nabi Saw, mengenai kepandaian
membaca yang dikaruniakan Allah kepadanya, sedangkan ia sebelumnya tidak pandai
membaca? Maka firman-Nya علم إلانسان ما لم يعلم. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Yaknj
bahwa dia (Allah) yang keluar dari-Nya perintah untuk menjadikanmu seorang
pembaca dan yang membacakan,dan menimbulkan dalam dirimu kepandaian itu, bahkan
kelak akan menyampaikanmu kepada tingkatan setinggi-tingginya yang tak seorang
pun selainmu akan mencapainya dj bidang ini. Dia pulalah yang telah mengajarkan
kepada manusia segala ilmu pengetahuan yang dinikmatinya, sedangkan ia di
hari-hari permulaan penciptaanya, tak mengetahui apa pun! Maka tidaklah
mengherankan apabila Dia yang sejak mula pertama telah mengaruniakan ilmu bagi manusia sementara ia tadinya tidak memiliki ilmu
sedikit pun, kini mengajarimu kepandaian membaca; sedangkan kamu memiliki
potensi untuk mengetahui amat banyak pengetahuan selain itu, dan dirimu
benar-benar siap untuk menerimanya!.
Tidak ada keterangan yang paling memuaskan
atau bukti paling kuat yang menunjukkan keutamaan baca-tulis serta ilmu
pengetahuan dengan segala ragamnya, lebih daripada kenyataan dibukanya kitab
Allah serta dimulainya wahyu dengan ayat-ayat cemerlang ini!.
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Allah lah yang telah menciptakan
alam semesta ini, dan bahwa sudah seharusnya penciptaan ini tidak dinisbahkan
kepada selain-Nya, sebagaimana ditunjukan oleh ayat pertama dari surat ini. Dan
bahwa penciptaan manusia, makhluk hidup yang mampu berbicara, dari sesuatu yang
tidak ada kehidupan padanya, tidak pandai berbicara, tidak berbentuk dan tidak
berupa, lalu makhluk ini diajari-Nya sebaik-baik ilmu,yakni cara menulis, dan
dikaruniai-Nya pengetahuan, sementara ia sebelumnya tidak berpengetahuan
sedikit pun. Sehingga
segala sesuatu yang dipunyai manusia adalah dari Dia serta merupakan bagian
dari karunia-Nya. Maka betapa mengherankan, jika manusia yang seperti itu
menjadi lalai, tidak menghargai semua itu, semata-mata karena merasa ‘kaya’,
tidak membutuhkan siapa pun selain dirinya sendiri!.[3]
e.
Asbabunnuzul
Disebutkan dalam hadits-hadits shahih,
bahwa ketika pertama kali menampakan diri di hadapan Nabi Saw., malaikat yang
melaluinya Nabi Saw. menerima wahyu, berkata,
“Bacalah!” maka kata Nabi Saw.,
“Saya tidak bisa membaca.” Selanjutnya beliau menuturkan, ”Maka malaikat
itu memelukku kuat-kuat sehingga aku merasa amat lelah. Kemudian ia melepaskanku
seraya berkata lagi, “Bacalah!.” Dan aku pun menjawab lagi, “Aku tak pandai
membaca.” Mendengar itu, malaikat tadimemelukku kuat-kuat untuk kedua kalinya,
sehingga akumerasa amat lelah. Lalu dilepaskannya aku, sseraya berkata
lagi,”Bacalah!.” Dan aku pun menjawab, ”Aku tak pandai membaca.” Maka untuk
ketiga kalinya ia memelukku kuat-kuat sehingga membuatku amat lelah. Lalu
katanya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu…,” dan seterunya sehingga mencapai
ayat, “Yang mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui.”
Si periwayat berkata selanjutnya, “Maka
Nabi Saw. segera pulang dengan membawa wahyu itu, dan menemui Khadijah r.a.
seraya tubuhnya bergemetar.…” Hadis tersebut cukup panjang. Diantaranya
disebutkan pula, bahwa pernah setelah itu, wahyu kepada beliau berhenti turun
untuk sementara waktu, sehingga membuat Nabi Saw. merasa amat sedih. Sedemikian
besarnya kesedihan beliau sehingga menurut riwayat tersebut beliau mencoba
menjauhkan dirinya dari puncak gunung-gunung yang tinggi. Akan tetapi setiap
akan melakukan itu, malaikat menampakan diri di hadapannya dan mencegahnya,
seraya mengatakan kepadanya bahwa ia adalah benar-benar seorang utusan Allah
Swt. Dari riwayat ini terdapat dalil bahwa kelima ayat (yang pertama dari Surah
Al-Alaq) merupakan kamunikasi verbal pertama Allah Swt. Kepada NabiSaw.[4]
f.
Aspek
Tarbawi :
1.
Allah
telah menciptakan manusia dan mengerjakan kepada mereka ilmu-ilmu yang
bermanfaat.
2.
Seorang
muskim hendaknya memukai semua aktivitasnya dengan menyenut nama Allah
3.
Seorang
muslim hendaknya mengetahui bahwa harta yang ada ditangan mereka adalah nikamt
dari Allah.
4.
Seorang
muslim hendaknya mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam rangka beribadah
kepada-Nya
5.
Semua
orang akan kembali ke pangkuan Allah untuk dihisab semua amal perbuatannya.[5]
B.
SURAT
AL-GHASYIYAH
a.
Surat
Al-Ghasyiyah, ayat 17-20
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
(١٧). أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
(١٨).
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
(١٩).
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
(٢٠).
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan kepada unta bagaimana dia diciptakan?, Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
b. Makna Kata
Unta
|
الْإِبِل
|
Di
tinggikan
|
نُصِبَت
|
Dihamparkan
dan dibentangkan
|
سُطِحَت
|
c. Penjelasan
Menurut tafsir
Al-Mishbah
Setelah
memperoleh ganjaran yang akan diperoleh pada hari kemudian oleh orang-orang
yang taat, dan sebelumnya telah menguraikan balasan para pendurhaka, kaum
musyrikin masih tetap bersikeras menolak keniscayaan Kiamat. Sering kali alas
an penolakan mereka adalah keraguan mereka terhadap kuasa Allah swt. Dan
ilmu-Nya untuk menghimpun dan menghidupkan kembali tulang belulang yang telah
lapuk, dan terserak kemana-mana. Untuk menampilkan dalil itu, Allah mengajak
mereka yang meragukan kuasa-Nya untuk memperhatikan alam raya. Allah berfirman:
maka apakah mereka tidak memperhatikan bukti kuasa Allah yang terbentang
di alam raya ini, antara lain kepada unta yang menjadi kendaraan dan
bahan pangan mereka bagaimana ia diciptakan oleh Allah dengan sangat
mengagumkan? Dan apakah mereka tidak merenungkan tentang langit
yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan
tanpa ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang
demikian tegar dan yang biasa mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
tempat kediaman mereka dan yang tercipata bulat bagaimana ia dihamparkan?.
d.
Analisis
dan Opini
pengunakan
kata ila / kepada yang di gandeng
dengan kata yanzhurun / melihat atau memperhatikan, untuk
mendorong setiap orang melihat sampai batas akhir yang di tunjuk oleh kata ila
itu dalam hal ini unta. Sehingga pandangan dan perhatian benar-benar
menyeluruh, sempurna, dan mantap agar dapat menarik darinya banyak mungkin
bukti tentang kuasa allah dan kehebatan ciptaan-Nya.
Dalam tafsir al-Mukhtahab yang
disusun oleh satu Tim yang terdiri dari beberapa paker Mesir, ayat-ayat di atas
dikomentarai antara lain sebagai berikut: Penciptaan unta yang sungguh sangat luar
biasa menunjukan kekuasaan Allah dan merupakan suatu yang perlu kita renungkan.
Dari bentuk lahirnya seperti yang kiat ketahui, unta benar-benar memiliki
potensi untuk menjadi kendaraan di wilayah gurun pasir. Matanya yang terletak
pada bagian kepala yang agak tinggidan agak ke belakang, di tambah dengan dua
lapis bulu mata yang melindunginya dari pasi dan kotoran. Begitu pula dengan
kedua lubang hidung dan telinga yang di kelilingi dengan rambut untuk maksud
yang sama. Maka apabila badai pasir bertiup kencang, kedua lubang hidung itu
akan tertutup dan kedua telinganya akan melipat ke tubuhnya, meski bentuknya
kecildan hmpir tak terlihat. Sedangkan kakinya yang panjang untuk membantu
mempercepat geraknya, seimbang dengan lehernya yang panjang pula. Telapak
kakinya yang sangat lebar seperti sepatu berguna untuk memudahkannya dalam
berjalan di atas pasir yang lembut. Unta juga mempunyai daging yang lebat di
bawah dadanya dan bantalan-bantalan pada persendian kakinya yang
memungkinkannya untuk duduk di atas tanah yang keras dan panas. Pada sisi–sisi
ekornya yang panjang terdapat bulu yang melindungi bagian-bagian belakang yang
lembut dari segala macam kotoran.
Sedang kemampuan kerja unta terlihat lebih istimewa lagi. Pada
musim dingin unta tidak membutuhkan air. Bahkan unta dapat bertahan tanpa minum
air selama dua bulan berturut-turut, apabila makanan yang dimakan segar dan
berair, dan selama dua minggu berturut-turut, apabila makanannya kering. Unta
juga dapat menahan rasa haus saat terik panas selama satu atau dua minggu.
Dapat ditambahkan bahwa unta sanggat terpengaruh dengan
suara dan nada yang indah. Dia dapat melangkah lebih cepat ketika mendengarnya.
Ninatang inin juga tidak “berbohong”. Ia tidak akan duduk beristirahat untuk
menghindar dari beban yang berat, tetapi akan terus melangkah hingga akhir daya
yang dimilikinya. Kendati binatang besar, tetapi ia tunduk dan mau diatur walau
oleh anak kecil, dan kendati manfaatnya demikian besar, namun biaya
pemeliharaannya sangat sedikit.
Ayat diatas menyebut langit setelah menyebut unta, lalu menyebut
gunung dan sesudahnya bumi. Uraian menyangkut
ayat-ayat di atas, apakah mereka tidak merenungkan tentang langit yang demikian
luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak
yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan yang biasa
mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Yaitu, menjadikannya tertancap sehingga
menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya
(lihat Q.S. an-Nahl[16]: 15), dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan
barang-barang tambang padanya. Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang
tercipta bulat bagaimana ia dihamaparkan? Yaitu bagaimana dia dibentangkan,
dipanjangkan, dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang Arab
Badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit,
gunung dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dan semua ini tentang kekuasaan
Dia yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang Maha Agung. Dialah
Pencipta, Pemilik, dan Pengatur. Dialah yang tidak ada Tuhan selain Dia semata
.
e. Asbabulnnuzul
Menurut Mustafa al Maraghi, Surat Al Ghasyiyah turun
di Makkah setelah surat Adz-Dzariyat sehinggga tergolong kelompok Surat
Makiyah.Adapun asbabun nuzul ayat ini adalah ketika turun ayat tentang siksaan
neraka dan nikmat surga di awal surat Al Ghosyiyah, orang-orang kafir takjub
dan menganggap aneh hal itu, maka Allah SWT menurunkan ayat lanjutannya yang
menyuruh memperhatikan benda-benda di alam sekitar agar bisa memahami kebenaran
akan akhirat nanti.
f.
Aspek
Tarbawi
1.
Seorang
muslim hendaknya mengetahui bahwa Allah SAW Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2.
Seorang
muslim hanya menyembah Allah SAW, bukan yang lain.
3.
Seorang
musim hendaknya senantiasa memikirkan semua makhluk yang telah diciptakan oleh
Allah SAW.
4.
Seorang
mulim hendaknya senantiasa mendakwahi dan mengarahkan orang lain, serta
mengajak mereka untuk selalu berada dalam jalan kebenaran.[6]
C.
SURAT
AL-IMRAN
a.
Surat
al-imran, ayat 190-191
Di
dalam Alqur’an banyak ayat yang mengajurkan manusia untuk berfikir, meneliti,
dan mengkaji penciptaan alam serta hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.
Alqur’an memuji orang-orang yang melakukan kegiatan tersebut denga mengelari
mereka denagn istilah ‘’ ulu al-albab (para pemikir). Alqur'an memuji
orang-orang yang melakukan kegiatan tersebut dan mnggelari mereka dengan
istilah "ulu al-albab" (para pemikir).
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
أِنِّ فِى خَلْقِ السَّمَواتِ
وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِلَأُيَتٍ لْأُوْلىِ الْأَلْبَبِ
(١٩٠)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَمًاوَقُعُودًاوَعَلَىجُنُو بِهِمْ وَ
يَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَامَاخَلَقْتَ هَذَابَطِلاًسُبْحَنَكَ
فَقِنَاعَذَابَ النَّارِ (١٩١)
Artinya :
‘’Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih begantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bangi orang-orang yang berakal : yaitu orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ‘’ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau , maka perliharalah kami
dari siksa neraka (QS, Ali-Imran (3) : 190-191)’’.[7]
b.
Makna
Kata
Sesungguh-Nya
|
أِنّ
|
Dalam
penciptaan
|
فِى خَلْقِ
|
Langit
|
السَّمَواتِ
|
Dan bumi
|
وَالْأَرْضِ
|
Dan silih
berganti
|
وَاخْتِلَفِ
|
Malam
|
الَّيْلِ
|
Siang
|
وَالنَّهَار
|
Sungguh
terdapat tanda-tanda
|
لَأُيَتٍ
|
Bagi
orang-orang yang berakal
|
لْأُوْلىِ
الْأَلْبَبِ
|
Orang –orang
yang
|
الَّذِين
|
Mereka
(mengingat)
|
يَذْكُرُونَ
|
Allah
|
اللهَ
|
Berdiri
|
قِيَمًا
|
Dan duduk
|
وَقُعُودً
|
c.
Penjelasan
Bahwa
sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan
keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara
teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh
kita dan cara berfikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam,
dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna, dan sebagainya merupakan
tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan
kekuasaan-Nya. Dijelaskan ketahuilah olehmu, bahwa yang dimaksud dalam kitab
yang mulia ialah menjemput hati dan ruh setelah bising memperkatakan soal-soal
makhluk yang dijadikan, supaya mulai tenggelam memperhatikan makrifat terhadap
al-Haq (Tuhan). Karena sejak tadi sudah panjang pembicaraan tentang hukum-hukum
dan menjawab beberapa keraguan yang dibawakan oleh orang yang tidak mau
percaya, sekarang kembali membicarakan penerang hati dengan menyebutkan
soal-soal tauhid, ketuhanan, kebesaran dan kemulaian Allah.16 Renungkanlah
alam, langit dan bumi, langit yang melindungimu dan bumi yang terhampar tempat
kamu hidup. Pergunakanlah pikiranmu dan tiliklah pergantian antara siang dan
malam. Semuanya itu penuh dengan ayatayat, tanda-tanda kebesaran Tuhan.8
d.
Asbabulnuzul
Abi
Ishaq Al Maqriy menceritakan kepada kami, Dia berkata” Abdullah Bin Hamid menceritakan
kepada kami, Ahmad Bin Muhammad Bin Yahya Al ‘Anbariy Ahmad Bin Najdah
menceritakan kepada kami, Yahya Bin Abdul Hamid Al Hamaniy menceritakan kepada
kami, Ya’qub Al Qumiy menceritakan kepada kami dari Ja’far Bin Abi Al Mughiroh dari Sa’id Bin Jabir dari Ibnu
Abbas berkata : ”Pada suatu ketika orang-orang Quraisy datang bertanya kepada
orang-orang Yahudi; “Mu’jizat apakah
yang dibawa oleh Musa kepadamu?” Jawab mereka; ”Tongkat dan tangannya
mengeluarkan cahaya putih yang bersinar.”Kemudian mereka datang kepada
orang-orang Nasrani dan mengajukan pertanyaan: “Mu’jizat apakah yang dibawa
oleh Isa kepadamu?”. Jawab mereka:
“Menyembuhkan
orang buta asli sehingga dapat melihat, menyembuhkan orang sakit kulit, dan
menghidupkan orang yang telah mati”. Kemudian mereka datang kepada Rasulullah
SAW dengan mengajukan permohonan ;”Wahai Muhammad SAW, berdoalah kepada Tuhanmu
agargunung Safa itu menjadi emas!”. Kemudian Rasulullah SAW segera berdoa. Sesaat kemudian turunlah ayat ke
190-194.
e.
Aspek
Tarbawi
Dari ayat diatas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai
berikut :
1.
Menuntut
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim
2.
Akal
manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, menafsirkan segala
ciptaan Allah.
3.
Dalam
belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai
keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam
berpikir yang tidak sesuai
4.
Jika
seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara
5.
Hendaknya
manusia mempercayai bahwa smua penciptaan Allah tidak adayang sia-sia.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
dari surat Al-Alaq yaitu Surat ini menceritakan tentang proses pertama
penciptaan manusia dan tentang urgensi membaca, menulis, dan belajar dalam
kehidupan kaum muslimin. Kemudian menjekaskan tentang keangkuhan manusia ketika
melihat jiwanya yang telah banyak diberi nikmat oleh Allah, diberikan banyak
harta, namun tidak taat kepada-Nya. Bahkan ingkar terhadap nikamat-nikmat yang
telah di berikan-Nya. Padahal sesungguhnya ia wajib menaati Allah dan bersyukur
atas nikamt-nikmat-Nya, sebab ia tahu bahwa ia akan kembali ke pada Allah untuk
menerima balasan dari semua amal perbuatannya selama di dunia, baik amal
kebaikan maupaun keburukan. Sedangkan dari surat Al-Ghasyiyah,
surat ini menjelaskan bahwa Setelah memperoleh ganjaran yang akan diperoleh
pada hari kemudian oleh orang-orang yang taat, dan sebelumnya telah menguraikan
balasan para pendurhaka, kaum musyrikin masih tetap bersikeras menolak
keniscayaan Kiamat. Sedangkan dari surat Ali-Imron bahwa surat ini menjelaskan Bahwa
sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan
keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara
teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh
kita dan cara berfikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam,
dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna, dan sebagainya merupakan
tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan
kekuasaan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Musa,Fathi,2009,Tafsir
juz Amma,Solo:ziyad visi media
Abduh,Muhammad,1998,Tafsir
Juz’amma, Bandung:Penerbit Mizan.
Telaah
Al-Qur’an Surah Ali-Imron 190-191
(http://eprints.walisongo.ac.id/2214/4/073111063_bab3.pdf) diakses pada 27 September 2016 jam 10.20 wib.
[1]Fathi Musa,Tafsir juz Amma,solo, ziyad visi media, 2009)
hlm, 139
[2].Fathi Musa, ibid, hlm 140
[3]
Muhammad ‘Abduh, Tafsir Juz’amma, Bandung, Penerbit Mizan,1998. Hlm 248-252
[4] Muhammad ‘Abduh, ibid,hlm 247-248
[5]Fathi Musa, ibid, hlm 141
[6] Fathi Musa, ibid, 105
[7]Abd.Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Tafsir, jakarta, sinar
grafika offset, 2010. Hlm 222
Tidak ada komentar:
Posting Komentar